Senin, 17 Oktober 2011

Pembeli di Pasar Rakyat Didominasi Pengusaha

Lintang_Lombok,Tujuan Dinas Koprasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoprindag)
kabupaten Lombok tara menggelar pasar rakyat untuk membantu masyarakat
miskin memperoleh kebutuhan pokok sehari-hari. Sayang para pembeli di
oprasi pasar murah (rakyat) ini didominasi oleh sebagian besar
pengusaha yang sudah katagori mampu.

Pemandangan inilah yang tampak, ketika Diskoprindag KLU menggelar
oprasi pasar rakyat (17/10/11) di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.
Bahkan ratusan warga miskin di desa ini tidak dapat jatah untuk
membeli paket beras, minyak goreng dan gula pasir.

“Apakah oprasi pasar rakyat ini untuk pengusaha atau untuk rakyat
miskin. Karena faktanya, beberapa pengusaha membeli berkali-kali
dengan menyuruh orang lain, sehingga ratusan warga yang kurang mampu
hanya bisa gigit jari. Kalau seperti ini, itu artinya pemerintah lebih
mementingkan rakyatnya yang sudah mampu dari segi materi ketimbang
orang miskin yang sulit mendapatkan sesuap nasi”, ungkap puluhan warga
di Karang Bajo.

Sistem pengusaha membeli kepada petugas oprasi pasar rakyat dengan
mengupah orang lain, sementara petugas Diskoprindag KLU tidak
melakukan pengawasan, dengan alasan siapapun yang datang boleh membeli
paket sembako
“Dalam oprasi pasar rakyat ini, kami lakukan dengan cara menjual
bebas, dan kami sebagai pertugas tidak tahu mana pengusaha dan mana
mayarakat. Kalau memang warga terlambat datang itu bukan kesalahan
kami, karena  kami jual bebas bagi masyarakat yang mau membeli”,
kelit, Muhammad Busyairi, S.Sos, yang ditugaskan sebagai koordinator
lapangan dari Diskoprindag KLU.

Menurut Busyairi, paket sembako yang dijual antara lain, beras sebanyk
5 kg dengan harga Rp. 6000,- gula pasir dan minyak goring,
masing-masing 400 paket. Dan program ini akan dilakukan sebanyak 10
kali di KLU. “Program ini sdah disetuju DPRD KLU dalam anggaran
perubahan yang tujuannya untuk membantu masyarakat  dengan harga paket
yang sangat murah dan terjangkau bagi warga yang kurang mampu”,
jelasnya.

Mengapa tidak menggunakan kupon agar warga miskin bisa memperoleh
bagian? Menjawab pertanyaan tersebut, Busyairi menegaskan, kalau pada
tahun 2009/2010 lalu, Diskoprindag pernah menggunakan kupon, namun
banyak kritikan dari warga, karena dinilai hanya orang dekatnya
pemerintah desa saja yang mendapat bagian. “Adanya kritik seperti itu
sehingga Diskoprindag KLU melakukan oprasi dengan cara menjual bebas”,
katanya.

Sementara Kepala Desa Karang Bajo, Kertmalip ketika dikonfirmasi
terkait perosoalan banyaknya warga yang tidak dapat membeli paket
sembako mengaku, tidak tahu persoalan itu, karena pasar rakyat ini
dilakukan langsung oleh Diskoprindag KLU. “Kami hanya ditelpon kalau
hari ini ada pasar murah, jadi kami tidak bisa mengawasi siapa saja
yang dapat membeli paket sembako”, tegasnya.

“Kalau menggunakan kupon, barangkali pemerintah desa bisa membantu,
karena bisa saja satu kupon  paket sembako dibagi dua orang oleh warga
kurang mampu.  Tapi oprasi ini langsung ditangani oleh Diskoprindag
KLU, dan ini perlu dijadikan pelajaran kedepan. Jika bulan depan
seperti ini, maka kami dari pemerintah desa akan meminta oprasi pasar
murah lebih baik dilakukan di lapangan umum ketimbang di depan kantor
desa Karang Bajo”, imbuhnya.

Salah seorang ibu rumah tangga yang tidak dapat membeli paket sembako
menunjukkan beberapa pengusaha beras yang membeli puluhan paket
sembako. “Tuh puluhan pedagang yang sudah mampu membeli puluhan kali
paket sembako dengan menyuruh orang lain. Kan itu namanya kurang adil.
Jadi tidak heran kalau H. Rhoma Irama  jauh sebelumnya sudah
menyanyikan yang kaya makin kaya, yang miskin makin tambah miskin”,
kata ibu rumah tangga ini tanpa mau dipublikasikan namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Judul Berita

Mari meraih mimpi untuk menuju kesuksesan