Tampilkan postingan dengan label PUISI-PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI-PUISI. Tampilkan semua postingan
Minggu, 27 November 2011
TOPI JERAMI
OLEH RADEN DEDI SETIAWAN
Dibwah topi jerami ku slusuri Panasnya matahari tak peduli bagiku walaupun kulit ini terasa hangus terbakar.
Bersama topi jerami ku harapkan bungkahan emas dari setiap sudut2 derita hidupku..
Dulu sawahku yang hijau kini telah tumbuh beton-beton yang kokoh..
Dulu lumpur sawah tempat ku bermain kini telah menjadi tempat tirani pnindasan..
Dlu hx swra burung2 mnghbur Q, tp kni hx trdngar tngs isak akbt pnggusuran n pnindsan..
Dulu ku bermain perrng-perangan dengan temanku memakai bedil yang t'buat dari kulit batang pisang , Tapi kini permainan tu dimodifikasi memakai senjata api oleh sang pnindas untuk menembaki rakyat saat rakyat menuntut hak-haknya..
Wahai ibu pertiwi mana pangkuan mu untuk kami, apakah kau sudah tuli apakah kau sudah buta membiarkn kami anak bangsa ini teruz menjrit mnahan penindsan ini, ibu pertiwi kini kau bukan milik kami, milik tanah beta tapi kau kini milik sang penindas itu, kau telah durhaka pada anakmu ini.
Kau kejaaaaammm biarkan kami melihat teman-teman kami, saudara kami, keluarga dan kerabat kami saat rumah dan tanahnya digusur lalu merrka digeret teruz dipukul dan tak segan-segan mereka dibunuh..
Wahai ibu pertiwi apakah ini yang slelu didengungkan bahw a ibu pertiwi adalah tempat tumpah darah ku hingga aku harus menutup mata .
Langganan:
Postingan (Atom)
Judul Berita
- Budaya (14)
- Hukrim (1)
- Kesehatan (3)
- Lingkungan (2)
- Pembangunan (6)
- Pendidikan (2)
- PERLAWANAN (3)
- PUISI-PUISI (1)