Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lingkungan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Desember 2011

KLU Daerah Rawan Bencana Alam

LOMBOK UTARA – Kabupaten Lombok Utara (KLU) sebagai salah satu daerah otonomi baru yang notabene terpetakan sebagai daerah yang rawan bencana alam seperti banjir dan longsor, karena memiliki ketinggian atau kondisi tanah diatas 60 persen atau antara 35 hingga 85 persen yang termasuk kawasan terjal dan berbukit. Sehingga diperlukan kewaspadaan atau kebersamaan dalam menyatukan persepsi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Kabupaten Lombok Utara, yang memiliki mott: Tiok – Tata – Tunaq , ini meliputi 5 kecamatan, 33 desa, 322 dusun, dikepung ancaman bencana alam. Bentang kenampakan alam lima kecamatan di KLU bak ”setengah wajan”: di belakang daratannya yang relatif sedikit ada lereng perbukitan dan hutan, dan di depannya ada laut.

Akibatnya, daerah dari barat ke timur, mulai pesisir Desa Malaka di Kecamatan Pamenang, tetangga obyek wisata Senggigi di Lombok Barat, Desa Medana di Kecamatan Tanjung, Desa Gondang di Kecamatan Gangga, Desa Selengen di Kecamatan Kayangan, dan Desa Mumbul Sari di Kecamatan Bayan, rawan longsor, banjir, serta air pasang.

Sulistiyono, Direktur Koslata NTB mengaku, gejala ini dampak dari perubahan iklim global selama 10 tahun terakhir ini di NTB sudah mulai terasa. Khususnya di KLU seringkali terjadi banjir dan longsor, seperti yang masih segar di ingatan kita kejadian longsor  di awal tahun 2009 lalu, yang terjadi di Desa Bentek, Jenggala dan Gengelang dimana saat itu sungai Segara meluap, dan banjir bandang serta longsor di kawasan hutan Pandan Mas telah menelan kerugian rumah, ternak , jalan, jembatan dan irigasi rusak.

“”Disamping banjir dan longsor, ancaman bencana lainnya berupa kekeringan pada musim kemarau yang seringkali dialami wilayah Kecamatan Bayan sehingga terjadi rawan pangan. Demikian juga dengan gunung Rinjani sebagai gunung berapi  yang masih aktif dapat saja meletus sewaktu-waktu”, kata Sulistiono.

Menurut Sulis, kejadian bencana yang seringkali terulang, membuat warga masyarakat korban  menganggapnya sebagai hal yang lumrah. “Umumnya, warga masyarakat dan pemerintah hanya merespon setelah terjadi bencana, padahal bencana ini bisa dikurangi tingkat resikonya melalui upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan warga yang tinggal di daerah  rawan bencana, serta mengurangi kerentanannya”, jelasnya.

Sulistiyono menawarkan solusi, karena mengingat kalangan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana merupakan pihak yang akan mengalami dampak langsungnya, maka upaya penanggulangannya harus berbasis masyarakat. “Artinya masyarakatlah yang menjadi aktor utama dalam melakukan identifikasi resiko bencana, penyusunan rencana serta pelaksanaan rencana tersebut”, tegasnya.

Selasa, 04 Oktober 2011

Sukadana Alamai Krisis Air Bersih

Lombok utara, Mimpi - Krisis air yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin meluas sehingga menimbulkan bencana kekeringan diberbagai daerah. Setidaknya dalam 25 tahun terakhir ini terjadi pengurangan sumber mata air hingga 75 persen. Dan diperkirakan khusus di Pulau Lombok setiap tahun mengalami defisit air 1,2  miliar kubik.

Bahkan Desa sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, yang pada tahun sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan, namun sekarang ini sudah mulai merasakan dampak dari kemarau panjang.

Beberapa dusun di Desa Sukadana, seperti Sembagek, Segenter, dan Dusun Tapen, sejak seminggu lalu, warganya mulai kesulitan mencari air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti yang diungkapkan salah seorang stap kantor Desa sukadana, Mawa Mubiris yang ditemui 4/10 di ruang kerjanya.

Menurutnya, persoalan air di tiga dusun tersebut sebenarnya tidak kekurangan, namun karena belum adanya pengaturan yang tepat dan bak penampungan serta digunakannya untuk mengairi lahan pertanian di Desa Senaru, akhirnya masyarakatlah yang merasakan dampaknya.

Terkait persoalan tersebut Kepala desa sukadana, Sojati mengaku, sudah menyampaikan semua kekurangan itu kepada Dinas PU KLU, bahkan sudah sisurvey oleh dinas terkait, namun hingga saat ini belum ada kejelasan.

“Kami pernah mengusulkan perpipaan dan pembuatan bak penampungan dari sumber mata air Sempakok Desa Sukadana. Dan beberapa waktu lalu pernah dilakukan survey dan diukur, tapi sampai sekarang ini belum teralisasi bangunannya, sehingga warga di tiga dusun tersebut mengalami krisis air bersih”, jelasnya. (Raden Dedi)

Judul Berita

Mari meraih mimpi untuk menuju kesuksesan