Rabu, 21 Desember 2011

KLU Daerah Rawan Bencana Alam

LOMBOK UTARA – Kabupaten Lombok Utara (KLU) sebagai salah satu daerah otonomi baru yang notabene terpetakan sebagai daerah yang rawan bencana alam seperti banjir dan longsor, karena memiliki ketinggian atau kondisi tanah diatas 60 persen atau antara 35 hingga 85 persen yang termasuk kawasan terjal dan berbukit. Sehingga diperlukan kewaspadaan atau kebersamaan dalam menyatukan persepsi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Kabupaten Lombok Utara, yang memiliki mott: Tiok – Tata – Tunaq , ini meliputi 5 kecamatan, 33 desa, 322 dusun, dikepung ancaman bencana alam. Bentang kenampakan alam lima kecamatan di KLU bak ”setengah wajan”: di belakang daratannya yang relatif sedikit ada lereng perbukitan dan hutan, dan di depannya ada laut.

Akibatnya, daerah dari barat ke timur, mulai pesisir Desa Malaka di Kecamatan Pamenang, tetangga obyek wisata Senggigi di Lombok Barat, Desa Medana di Kecamatan Tanjung, Desa Gondang di Kecamatan Gangga, Desa Selengen di Kecamatan Kayangan, dan Desa Mumbul Sari di Kecamatan Bayan, rawan longsor, banjir, serta air pasang.

Sulistiyono, Direktur Koslata NTB mengaku, gejala ini dampak dari perubahan iklim global selama 10 tahun terakhir ini di NTB sudah mulai terasa. Khususnya di KLU seringkali terjadi banjir dan longsor, seperti yang masih segar di ingatan kita kejadian longsor  di awal tahun 2009 lalu, yang terjadi di Desa Bentek, Jenggala dan Gengelang dimana saat itu sungai Segara meluap, dan banjir bandang serta longsor di kawasan hutan Pandan Mas telah menelan kerugian rumah, ternak , jalan, jembatan dan irigasi rusak.

“”Disamping banjir dan longsor, ancaman bencana lainnya berupa kekeringan pada musim kemarau yang seringkali dialami wilayah Kecamatan Bayan sehingga terjadi rawan pangan. Demikian juga dengan gunung Rinjani sebagai gunung berapi  yang masih aktif dapat saja meletus sewaktu-waktu”, kata Sulistiono.

Menurut Sulis, kejadian bencana yang seringkali terulang, membuat warga masyarakat korban  menganggapnya sebagai hal yang lumrah. “Umumnya, warga masyarakat dan pemerintah hanya merespon setelah terjadi bencana, padahal bencana ini bisa dikurangi tingkat resikonya melalui upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan warga yang tinggal di daerah  rawan bencana, serta mengurangi kerentanannya”, jelasnya.

Sulistiyono menawarkan solusi, karena mengingat kalangan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana merupakan pihak yang akan mengalami dampak langsungnya, maka upaya penanggulangannya harus berbasis masyarakat. “Artinya masyarakatlah yang menjadi aktor utama dalam melakukan identifikasi resiko bencana, penyusunan rencana serta pelaksanaan rencana tersebut”, tegasnya.

Puluhan Peserta Dari Dua Kecamatan Ikuti Pelatihan Kader Teknik

Bayan, Lintang Utara - Pelatihan kader teknis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP)  yang diadakan diaula kantor camat  Bayan diikuti puluhan  peserta dari dua kecamatan yakni Bayan dan Kecamatan Kayangan.  
Dalam pelatihan ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok, yang  kemudian masing-masing kelompok menjelaskan atau mempresentasekan hasil kerja kelompok guna mengecek keseriusan peserta dalam mengikuti pelatihan.

“Para peserta kita bagi menjadi beberapa kelompok, yang hasil kelompoknya dipresentasikan secara bergantian. Dan dari sinilah kita mengetahui sampai sejauh mana keseriusan peserta mengikuti pelatihan ini,” ungkap Fasilitator Tehnis Kecamatan Bayan Syahrul Yani.
Dikatakan, setelah diadakannya pelatihan ini para kader teknis ini nantinya bisa mengerti tentang struktur utama insfrastruktur pedesaan dalam PNPM-MP.
Disisi lain tujuan  pelatihan ini menurut  Fasilitator Teknik Kecamatan Kayangan Syaiful Rahman, FT, bahwa peserta kader tehnis diharapkan bisa mengerti, memamahi dan melakukan secara langsung untuk merencanankan desain draf program dimasing-masing Desa.
Selain itu,  hasil dari pelatihan ini diharapkan program PNPM-MP khususnya yang berkaitan dengan  pembangunan sarana dan prasarana oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) bisa dilaksanakan  terutama kualitas dan kuantitas program yang telah direncanakan berdasarkan Desain Drat dan RAB.
Sementara sekertaris Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kecamatan Bayan, Rizal Bapadal mengharapkan kepada kader teknis  dimasa mendatang bisa berperan di desa masing-masing, bukan hanya sebatas pada pelaksanaan kegiatan fisik PNPM saja, tapi juga untuk semua perencanaan dan pelaksanaan fisik ditingkat desa.
Asisten Fasisilitator Teknis, Taufiqurrahman dalam materinya lebih banyak memberikan berkenaan dengan perencanaan pembangunan anti gempa dengan menampilkan gambar slide di layar monitor.

Minggu, 27 November 2011

TOPI JERAMI


OLEH RADEN DEDI SETIAWAN

Dibwah topi jerami ku slusuri Panasnya  matahari tak peduli bagiku walaupun kulit  ini terasa hangus terbakar.
Bersama topi jerami ku harapkan bungkahan emas dari setiap sudut2 derita hidupku..
Dulu sawahku yang  hijau kini telah tumbuh beton-beton yang kokoh..
Dulu lumpur sawah tempat ku bermain kini  telah menjadi tempat  tirani pnindasan..

Dlu hx swra burung2 mnghbur Q, tp kni hx trdngar tngs isak akbt pnggusuran n pnindsan..
Dulu ku bermain perrng-perangan dengan  temanku  memakai bedil yang t'buat dari kulit batang pisang , Tapi kini permainan tu dimodifikasi memakai senjata api oleh sang pnindas untuk menembaki rakyat saat rakyat menuntut hak-haknya..

Wahai ibu pertiwi mana pangkuan mu untuk kami, apakah kau sudah tuli  apakah kau sudah buta membiarkn kami anak bangsa ini teruz menjrit mnahan penindsan ini, ibu pertiwi kini kau bukan milik kami, milik tanah beta tapi kau kini milik sang penindas itu, kau  telah durhaka pada  anakmu ini.

Kau kejaaaaammm biarkan kami melihat  teman-teman kami, saudara kami, keluarga dan kerabat kami saat rumah dan  tanahnya digusur lalu merrka digeret teruz dipukul dan tak segan-segan mereka dibunuh..

Wahai ibu pertiwi apakah ini yang slelu didengungkan bahw a ibu pertiwi adalah tempat  tumpah darah ku hingga  aku harus  menutup mata .

Minggu, 13 November 2011

PNPM-GSC Mampu Turunkan Angka Balita BGM
Lombok Utara - Keberadaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM-GSC), dinilai mampu  menurunkan angka bayi balita Bawah Garis Merah (BGM).

Penilaian tersebut dikemukakan ketua TPMD PNPM Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, Karman, SH, ketika memaparkan dan menetapkan program skala prioritas GSC, di aulan kantor desa setempat (11/11/11).

Menurut Karman, sejak masuknya PNPM GSC di Desa sukadana, jumlah bayi dan balita yang terkena BGM  153 orang, yang pada tahun 2011 mampu diturunkan menjadi 115 anak melalui program peningkatan kesehatan bayi-balita.

“Desa Sukadana termasuk desa urutan pertama yang terbanyak bayi-balita BGM. Namun dengan adanya dana GSC yang dalam programnya menangani kesehatan dan pendidikan, kini jumlah bayi-balita BGM mulai menurun”, kata Karman didepan para kepala dusun, kader posyandu dan tokoh masyarakat se desa Sukadana.

Sementara FK PNPM GSC Kecamatan Tanjung, R. Nyakradi, yang mewakili Faskab GSC Lombok Utara menjelaskan, bahwa PNPM GSC pada intinya memiliki dua tujuan besar yaitu, meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat.

“Kesehatan dan pendidikan anak merupakan infestasi  atau tabungan masa depan. Karena bila kesehatan dan pendidikannya terjamin, tentu anak tersebut akan menjadi cerdas, terampil dan memiliki wawasan serta  karakter dan pola pikir positif di masa depan”, jelasnya.

Dikatakan, PNPM GSC dalam pendanaannya melihat beberapa sisi, seperti bidang kesehatan diantaranya mengatasi bayi-balita BGM, tingkat kehadiran ibu hamil ke posyandu, dan tingkat kehadiran bayi-balita melakukan penimbangan di posyandu terdekat dan lain-lain.

Sementara bidang pendidikan yaitu mendanai anak yang putus sekolah karena orangtuanya kurang mampu dan anak usia sekolah namun belum masuk ke lembaga pendidikan yang usianya antara 7 – 15 tahun. “Untuk mengatasi itu, diperlukan keterlibatan semua pihak termasuk kepala dusun dan masyarakat setempat”, kata Nyakradi yang juga ketua BPD Desa Sukadana.

Dan khusus bayi balita BGM, menurut aktivis ini, perlu mendapat penanganan serius, lebih-lebih di Desa Sukadana merupakan urutan pertama di Kabupaten Lombok Utara  yang jumlah bayi-balita BGM nya terbanyak. “Bila kita gagal mengatasi bayi-balita BGM, itu artinya kita akan meninggalkan generasi yang lemah di masa yang akan datang”, tegasnya.

R. Nyakradi minta kepada peserta Musyawarah Desa (MD) sebelum melakukan penetapan kegiatan yang didanai PNPM GSC perlu ditentukan program skala prioritas.

Kepala desa Sukadana, Sojati dalam kesempatan tersebut mengaku, bahwa PNPM GSC cukup membantu masyarakat terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan. “Kami harapkan program yang sudah ditetapkan, dapat dijalankan oleh para pelaku PNPM ditingkat desa”, pintanya.(ari)

Diposkan oleh primadona FM

Senin, 17 Oktober 2011

Pembeli di Pasar Rakyat Didominasi Pengusaha

Lintang_Lombok,Tujuan Dinas Koprasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoprindag)
kabupaten Lombok tara menggelar pasar rakyat untuk membantu masyarakat
miskin memperoleh kebutuhan pokok sehari-hari. Sayang para pembeli di
oprasi pasar murah (rakyat) ini didominasi oleh sebagian besar
pengusaha yang sudah katagori mampu.

Pemandangan inilah yang tampak, ketika Diskoprindag KLU menggelar
oprasi pasar rakyat (17/10/11) di Desa Karang Bajo Kecamatan Bayan.
Bahkan ratusan warga miskin di desa ini tidak dapat jatah untuk
membeli paket beras, minyak goreng dan gula pasir.

“Apakah oprasi pasar rakyat ini untuk pengusaha atau untuk rakyat
miskin. Karena faktanya, beberapa pengusaha membeli berkali-kali
dengan menyuruh orang lain, sehingga ratusan warga yang kurang mampu
hanya bisa gigit jari. Kalau seperti ini, itu artinya pemerintah lebih
mementingkan rakyatnya yang sudah mampu dari segi materi ketimbang
orang miskin yang sulit mendapatkan sesuap nasi”, ungkap puluhan warga
di Karang Bajo.

Sistem pengusaha membeli kepada petugas oprasi pasar rakyat dengan
mengupah orang lain, sementara petugas Diskoprindag KLU tidak
melakukan pengawasan, dengan alasan siapapun yang datang boleh membeli
paket sembako
“Dalam oprasi pasar rakyat ini, kami lakukan dengan cara menjual
bebas, dan kami sebagai pertugas tidak tahu mana pengusaha dan mana
mayarakat. Kalau memang warga terlambat datang itu bukan kesalahan
kami, karena  kami jual bebas bagi masyarakat yang mau membeli”,
kelit, Muhammad Busyairi, S.Sos, yang ditugaskan sebagai koordinator
lapangan dari Diskoprindag KLU.

Menurut Busyairi, paket sembako yang dijual antara lain, beras sebanyk
5 kg dengan harga Rp. 6000,- gula pasir dan minyak goring,
masing-masing 400 paket. Dan program ini akan dilakukan sebanyak 10
kali di KLU. “Program ini sdah disetuju DPRD KLU dalam anggaran
perubahan yang tujuannya untuk membantu masyarakat  dengan harga paket
yang sangat murah dan terjangkau bagi warga yang kurang mampu”,
jelasnya.

Mengapa tidak menggunakan kupon agar warga miskin bisa memperoleh
bagian? Menjawab pertanyaan tersebut, Busyairi menegaskan, kalau pada
tahun 2009/2010 lalu, Diskoprindag pernah menggunakan kupon, namun
banyak kritikan dari warga, karena dinilai hanya orang dekatnya
pemerintah desa saja yang mendapat bagian. “Adanya kritik seperti itu
sehingga Diskoprindag KLU melakukan oprasi dengan cara menjual bebas”,
katanya.

Sementara Kepala Desa Karang Bajo, Kertmalip ketika dikonfirmasi
terkait perosoalan banyaknya warga yang tidak dapat membeli paket
sembako mengaku, tidak tahu persoalan itu, karena pasar rakyat ini
dilakukan langsung oleh Diskoprindag KLU. “Kami hanya ditelpon kalau
hari ini ada pasar murah, jadi kami tidak bisa mengawasi siapa saja
yang dapat membeli paket sembako”, tegasnya.

“Kalau menggunakan kupon, barangkali pemerintah desa bisa membantu,
karena bisa saja satu kupon  paket sembako dibagi dua orang oleh warga
kurang mampu.  Tapi oprasi ini langsung ditangani oleh Diskoprindag
KLU, dan ini perlu dijadikan pelajaran kedepan. Jika bulan depan
seperti ini, maka kami dari pemerintah desa akan meminta oprasi pasar
murah lebih baik dilakukan di lapangan umum ketimbang di depan kantor
desa Karang Bajo”, imbuhnya.

Salah seorang ibu rumah tangga yang tidak dapat membeli paket sembako
menunjukkan beberapa pengusaha beras yang membeli puluhan paket
sembako. “Tuh puluhan pedagang yang sudah mampu membeli puluhan kali
paket sembako dengan menyuruh orang lain. Kan itu namanya kurang adil.
Jadi tidak heran kalau H. Rhoma Irama  jauh sebelumnya sudah
menyanyikan yang kaya makin kaya, yang miskin makin tambah miskin”,
kata ibu rumah tangga ini tanpa mau dipublikasikan namanya.

Banyak Sumber Daya Alam Loloan Yang Terjual

Lintang_Lombok, Kerusakan lingkungan akibat galian C di beberapa lokasi di  Desa
Loloan kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, tidak sebanding dengan
pemasukan yang diberikan kepada desa. Karena banyak sumber daya alam
yang sudah dikeruk dan dijual oleh pengusaha pasir atau batu tanpa ada
konribusi yang jelas.

Penegasan tersebut disampaikan ketua BPD Loloan, Nurbakti, S.Ag, dalam
pertemuanya dengan Kepala Desa Loloan, R. Nyakrasana di aula kantor
setempat (17/10/11). “Tugas kami melakukan pengawasan terhadap kinerja
pemerintahan desa, yang selama ini kurang melakukan koordinasi dengan
BPD. Padahal persoalan yang terjadi di desa Loloan cukup banyak”, kata
Nurbakti.

Sebut saja, misalnya galian C dibeberapa lokasi di Desa Loloan, yang
dalam Peraturan Desa (Perdes) sudah jelas diatur bahwa satu kali rit
pengambilan pasir atau batu harus dibayar kontribusi ke desa Rp.
15.000,-  Namun kenyataan yang terjadi malah belakangan ini banyak
warga yang mengaku dirugikan akibat tanahnya dibuat sebagai jalan
menuju ke lokasi galian C tersebut.

“Kontribusi galian C, seperti di Lokok Gereneng selama ini tidak
jelas, apakah sudah diberikan ke desa atau belum, dan inilah yang kami
pertanyakan kepada Kepala desa dalam pertemuan ini, supaya jelas
berapa yang masuk dan untuk apa digunakan”, tegasnya.

Kepala Desa loloan, R. Nyakrasana ketika melakukan klarifikasi mengaku
terkait masalah kontibusi dari galian C belum ada, keculai hanya satu
kali diberikan oleh pengusaha sebesar Rp. 2 juta pada bulan puasa
lalu. “Memang ada kontribusi yang masuk ke desa dari galian C, tapi
hanya satu kali, dan urusan administrasi dan keuangan desa kami
serahkan urusannya ke stap”, jelasnya.

Dikatakan, ada beberapa program pada tahun ini yang masuk ke desa
Loloan, seperti pembangunan jalan usaha tani, pembuatan MCK,  sumur
dangkal, perpipaan, pembangunan pafinblog serta pengaspalan jalan
Loloan ke Torean. Dan beberapa program itu dilaksanakan oleh putra
asli desa Loloan.

Menyangkut kontribusi surat-menyurat ditingkat warga, menurut
Nyakrasana lebih banyak bersifat sosial. Karenanya antar pemerintah
desa dengan BPD serta lembaga lainnya perlu terus berfikir dan
berkoordinasi  agar kedepan desa Loloan lebih maju dengan desa-desa
lainnya.

Seusai memberikan klarifikasi, Kades Loloan minta ijin meninggalkan
tempat untuk mengikuti pertemuan flu burung yang diadakan oleh dinas
kesehatan KLU di Gangga. Namun  keinginan tersebut tidak mendapat ijin
dari ketua BPD dan anggotanya.

“Kami sekarang ini menjalankan tugas pengawasan sehingga mengundang
kepala desa. Dan ini merupakan ruh dari kemajuan pembangunan desa
Loloan. Kalau memang kepala desa memnadang pertemuan di flu burung itu
lebih penting, silahkan saja pergi. Namun saya mengira pertemuan antar
BPD ini jauh lebih penting, karena membahas nasip desa kita kedepan”,
tegas Rumalam, salah seorang anggota BPD Loloan.

Sementara Nurbakti kembali menegaskan, bila kepala desa meninggalkan
tempat ini silahkan saja, tapi ijinkan kami untuk melakukan audit pada
semua stap desa, agar BPD bisa membuat rekomendasi hari ini juga.

“Yang bisa menjawab pertanyaan dari BPD adalah kepala desa, karenanya
jangan sampai meninggalkan tempat”, pintanya.

Mendengar beberapa pernyataan tersebut, Kepala Desa Loloan kembali
duduk untuk melanjutkan pertemuan dengan BPD, dan berbagai masalah
muncul terkait dengan APBDes, mulai dari galian C, kontribusi pajak,
tanah milik PKK yang disewakan hingga biaya administrasi surat
menyurat.

Bahkan Kadus Batu Gerantung, Bukran pada kesempatan tersebut dengan
lantang mengatakan, Perdes jangan hanya tertulis diatas kertas
sementara kenyataannya tidak ada.  “saya lihat Perdes kita hanya
tertulis dikertas saja selama ini, tapi belum bisa diaplikasikan
ditingkat lapangan”, katanya.

Pantauan media ini menunjukkan, kendati pada awal pertemuan antar
kepala desa dengan BPD Loloan cukup tegang, namun pada akhirnya
diperoleh beberapa solusi untuk mengatasi semua persoalan tersebut,
seperti kontribusi Galian C, akan ditugaskan salah seorang warga untuk
mengawasi langsung berapa truk yang masuk mengambil pasir atau batu
setiap hari, dan langsung diminta menyerahkan kontribusi.

Nurbakti bersama anggota BPD lainnya sepakat untuk terus melakukan
pengawasan, dan meminta kepada kepala desa bahwa setiap Perdes yang
sudah ditetapkan, agar diikuti dan dirincikan dalam peraturan atau
keputusan kepala desa. “Kami (BPD-red) tidak ingin lagi disebut
kong-kali kong dengan kepala desa, sehingga kita minta setiap Perdes
agar diikuti juga dengan keputusan atau peraturan kepala desa”,
pungkasnya.

Ari/R.dedi

GUNDEM ADAT TERKAIT DENGAN KASUS ALIRAN SESAT DIDESA SUKADANA

Lintang-Lombok, seiring dengan menyebarnya ajaran sesat (Bedatuan) di wilayah wet adat semokan yang melibatkan sebagian dari para tokoh adat dan juga sebagian masyarakat semokan, maka para tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan unsur Pemerintah Desa mengadakan Gundem Adat di Telaga Longkak Desa Akar-akar kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara yang merupakan wilayah wet adat Semokan.

Menurut Tokoh Adat Amak Nurana bahwa tujuan diadakannya gundem  ini adalah mencari jalan keluar untuk mengatasi isu yang berkembang seperti menyebarnya aliran sesat di wilayah adat semokan.

Selain itu pula menurut amak Nurana tujuan diadakannya gundem ini bahwa kedepanya para tetua-tetua  Adat tidak saling menyinggung dalam menjalankan acara ritual adat agar tidak terjadi penyimpangan dari awik-awik adat.

Dari hasil tuturan Kepala Desa Sukadana Sojati dalam sambutannya bahwa masalah Bedatuan yang disebarkan oleh Inak Ramingen dan Pengikutnya sudah terjadinya selama 4(Empat)tahun  namun sampai saat ini belum bisa diselesaikan.

Dalam kesempatan gundem ini Jelas Kepala Desa Sukadana para Tetua-tetua adat harus tegas menetukan sanksi-sanksi adat bagi yang terlibat dalam kasus bedatuan tersebut.

Ketua BPD Desa Sukadana R. Nyakradi menambahkan dalam penyelesaian persoalan Bedatuan/aliran sesat ini tidak bisa diselesaikan dengan Hukum adat sendiri, dengan Hukum Agama sendiri maupun oleh Pemerintah Desa sendiri tetapi harus diselesaikan secara bersama-sama, jelasnya.

Kemudian hasil dari gundem adat tersebut disepakati seperti yang dibacakan oleh Amak Lokak Tuak Turun bahwa Penganut Aliran sesat, Ramingen Cs akan diusir dari Desa Sukadana dan Pengentian segala bentuk kegiatan-kegiatanya.

Berdasakan hasil dari Gundem tersebut maka diutus 3 (Tiga) Tetua Adat dan dari unsur Pemerintah Desa dalam hal ini Kepala Dusun yang mencakup wilayah wet adat semokan untuk melakukan pemberitahuan kepada Ramingen Cs tentang hasil gundem tersebut.


Raden Dedi

Rabu, 12 Oktober 2011

Diduga Aliran Sesat, Pertemuan Warga Dibubarkan

LOMBOK UTARA - Sekelompok masyarakat yang melakukan pertemuan di rumah salah seorang kyai adat di dusun Semokan, desa Sukadana, kecamatan Bayan Lombok Utara, Senin malam (10/10) lalu dibubarkan oleh aparat pemerintah desa  dan masyarakat setempat karena dinilai menjalankan ajaran sesat.
Pertemuan sekelompok masyarakat tersebut dinilai sangat  meresahkan warga, karena diduga  mengajarkan aliran sesat atau dikenal dengan istilah “bedatuan”.

“Ajaran ini biasanya diawali dengan pengobatan ala dukun bahkan muncul beberapa kali di Desa Sukadana. Tahun lalu, salah seorang warga yang bernama Raminem diusir dari Desa Sukadana karena tidak mentaati aturan adat yang berlaku,” kata Kepala Desa Sukadana, Sojati.

Ia menjelaskan, saat itu Raminem tidak mau dilarang mengadakan pesta padahal secara adat tidak diperbolehkan. Konon dia mengaku menerima perintah langsung dari sahabat Nabi Sayyidina Ali bin Abi Tholib, dan pengakuan inilah yang cukup meresahkan warga, sehingga dia diusir dari Kabupaten Lombok Utara. Sementara pertemuan yang terjadi pada malam Senin itu dihadiri oleh salah seorang yang mengaku dari Jawa keturunan leluhur presiden pertama RI Soekarno yang bernama Raden Batara Surya Dilaga.
“Katanya dia keturunan leluhur Soekarno yang memiliki hubungan dengan masyarakat Bayan,” ungkap Sojati.

Karena pertemuan yang dihadiri oleh orang luar itu tanpa sepengetahuan pemerintah desa dan berlangsung pada malam hari, sehingga beberapa kepala dusun dan warga sekitar melaporkannya, ke kepala desa setempat yang kemudian oleh kades bersama, sekdes dan kaur trantib serta ratusan masyarakat sekitar langsung ke lokasi pertemuan.

“Saya sempat terkejut, karena didalam pertemuan itu ada juga hadir oknum Pol PP KLU, dan salah seorang warga yang mengaku keluarga bupati. Setelah ditanya pertemuan tersebut hanya silaturrahmi dan mensosialisasikan sebuah PT. Krisna Lembayung Sejati, yang bergerak di bidang sosial, pertanian dan peternakan,” jelas Sojati.

Seharusnya pertemuan apapun bentuknya, lebih-lebih mensosialisasikan sebuah PT, hendaknya melakukan koordinasi dengan pemerintah desa atau minimal dengan kepala dusun setempat, bukan asal nyelonong begitu saja.

“Kan ada aturan yang harus diikuti, yang membuat warga tidak yakin karena dia mengaku dari keturunan Soekarno,” tambahnya.

Sementara Kaur Trantib Desa Sukadana, Mawa Musbiris membenarkan kejadian tersebut. “Pertemuannya terpaksa kami bubarkan untuk menghindari amukan masa, karena mengingat ajaran bedatuan ini sudah berulang kali terjadi di desa Sukadana dan cukup meresahkan warga,” katanya. Memang sebagian masyarakat ada yang ikut kelompok ini dan seolah-olah anggotanya seperti kena hipnotis. “Apapun yang diminta oleh ketua kelompoknya selalu dikeluarkan. Misalnya dia minta sapi, kambing atau uang, pasti diusahakan sampai dapat kemudian diberikan kepada orang yang mengaku dari keturunan leluhur Soekarno, seolah-olah warga terhipnotis,” jelas Mawa Musbiris.

Menurutnya,  jika orang seperti ini datang kembali, maka pemerintah desa dan warga setempat akan melakukan tindakan tegas, karena kegiatan seperti ini sangat meresahkan masyarakat.

Sementara Kapolres Lombok Barat melalui Kapolsek Bayan, IPDA Kadek Metria, ketika dikonfirmasi terkait masalah tersebut mengaku belum menerima laporan. “Kami belum menerima laporan, namun tetap kita pantau demi keamanan masyarakat,” singkatnya.(in/byn)

Senin, 10 Oktober 2011

Bayi Aneh Pemakan Beras Mentah


Lombok-Mimpi; Lara 1,4 Tahun anak dari pasangan Gunasip dan Denda Ratdewi yang bertempat tinggal di Desa Sukadeana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara ini di bilang unik bin aneh karena anak ini tidak seperti dengan anak-anak pada umumnya yang makan nasi, tetapi Lara ini memakan beras yang masih mentah, kebiasaan lara makan beras mentah sejak ia sudah mulai makan nasi, namun sayangnya justru Lara tidak makan Nasi tapi makan Beras mentah.

Menurut Gunasip Bapak kandung dari Lara, “Mengatakan bahwa kebiasaan anak bungsunya ini (makan Beras Mentah, red) sejak sudah bisa memakan makanan keras seperti nasi namun anak saya ini justru makan beras mentah.

Melihat kebiasaan anaknya yang makan beras mentah Gunasip membawanya ke bidan terdekat guna mengetahui penyebab kenapa anaknya suka makan beras mentah, tapi menurut bidan anaknya tidak mengalami gangguan apapun Cuma bawaan sejak kecil.

Ketika di tanya masalah kondisi anaknya sejak Lara mulai makan Beras mentah Gunasip menjawab, “Saya Cuma bisa berharap kepada Tuhan supaya anak saya bisa normal seperti anak-anak pada umunya yang makan nasi dan tidak makan beras lagi karena melihat kondisi pertumbuhan anak saya yang tetap seperti semula “ jelasnya.
Raden dedi

Minggu, 09 Oktober 2011

pariwisata

Lombok -Mimpi; Tidak salah sekiranya Lombok Utara dikenal masyarakat luas sebagai daerah dengan keindahan alamnya yang ekslusif dan eksotik, tidak hanya Gili Trwangan dan air terjun Sindang Gila yang bisa dijadikan tujuan wisata masyarakat, namun di daerah perbukitan tepatnya di  Dusun Leong Timur Desa Tegal Maja Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara terdapat sebuah Surga Kecil, yakni air terjun dengan keindahannya yang alami dan mempesona.

Sekilas, tak ada yang mengira, dibalik gugusan perbukitan dan hutan tropis yang terjal di daerah dusun  Leong Timur Desa Tegal Maja Kecamatan Tanjung, terdapat sebuah surgea kecil, dimana masyarakat  setempat biasanya menyebut air terjun itu dengan sebutan air terjun Temponan Sekowah.

Namun Karena berada dibelakang bukit, ditambah dengan minimnya akses jalan yang bisa menghubungkan masyarakat menuju kelokasi, menyebabkan keberadaan air terjun ini tidak diketahui banyak orang, bahkan mungkin masyarakat Kecamatan Tanjung sendiri masih banyak yang belum mengetahuinya.

Meski dapat ditempuh dengan menggunakan kendaaraan bermotor, namun tidak mudah untuk sampai kelokasi, mengingat rute menuju lokasi sangat sulit, jalan yang bebatuan dan menanjaak, membuat pengunjung harus ekstra  hati-hati, bahkan tidak sembarang orang mampu mengendarai motor di daerah tersebut, tidak hanya menanjak, namun jalan yang berlubang dan licin juga semakin menambah tingkat kesulitannya.

Dengan jarak 6 kilo meter dari Dusun Lendang Bila, jika menggunakan kendaraan bermotor, pengunjung membutuhkan perjalanan selama kurang lebih 15 menit untuk sempai ke tujuan, namun tidak semua rute bisa ditempuh dengan berkendaraan, karena terjalnya jalan yang harus dilalui, dan mengharuskan pengunjung untuk berjalan kaki sepanjang 300 meter melewati perkebunan warga.

Jalan yang sempit dan terjal  serta menantang sedikit terobati rasa lelah karena disempajang jalur yang dialuli, dipenuhi tanamaan produktifitas milik warga yang terpelihara dengan baik, kopi, kakao, kelapa cengkeh dan lainnya seakan menyapa lembut pengguna jalan yang tetap bersemangat untuk sampai tujuan.

Air terjun dengan ketinggian kurang lebih 15 meter itu mengalir dari aliran sungai yang berasal dari pegunungan daerah setempat, banyaknya bebatuan besar semakin menambah keasrian dan kesejukan disekitar lokasi air terjun.

Sedikit berbeda dengan beberap destinasi wisata air terjun yang ada di Lombok utara, yang hampir semuanya memiliki ketinggian diatas 50 meter, air terjun Temponan Sekowah ini tergolong kecil, dengan lingkaran air dibawahnya yang menyerupai kolam renang sehingga pengunjung dimungkinkan untuk berenang dan berendam sambil menikmati desiran air yang jatuh dari ketinggian.

Salah seorang warga setempat, Mursidi, Mengatakan, air terjun ini berasal dari daerah pegunungan yang terletak tidak jauh dari tempat ini,  bisa dilihat dari jernihnya air yang mengalir sepanjang tahun, uniknya, meski musim kemarau seperti ini, ait terjun ini tidak pernah kering, tetapi  debit airnya masihterjaga dengan baik.

“Tidak banyak orang yang tahu keberadaan lokasi air terjun ini, karena memang tempatnya sangat tersembunyi dan jauh, diwaktu-waktu tertentu, lokasi air terjun ini ramai dikunjungi masyarakat lokal, seperti saat lebaran Topat atau Maulid, bahkan beberap tahun lalu ada warga dari luar datang ke sini hanya untuk melihat tempat ini,” jelasnya.

Sementara, Kepala Dusun Leong Timur, Mirsah, mengatakan, keindahan air terjun ini tidak kalah jika dibandingkan dengan lokasi-lokasi air terjun ditempat lain, namun karena letaknya yang jauh dan sulit dijangkau, sehingga tidak banyak orang yang mengetahui keberadaannya.“ini adalah salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan kedepannya, tentunya harus didukung oleh ketersediaan akses jalan yang memadai,” ungkapnya penuh harap. (adam)  


Warga Geger, Mayat Ditemukan Terapung


Mimpi-Lombok;
Mimpi-Lombok; Warga Desa Anyar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara geger. Pasalnya, pada minggu pagi 09/10 sekitar jam 08.00 wita, ditemukan sesosok mayat, yang setelah diperiksa ternyata bernama Zaitun (21) warga Dusun Oma segoar Desa Senaru.

Zaitul yang pekerjaannya sehari-hari sebagai buruh tersebut ditemukan terapung dipinggir pantai, dan oleh warga pada saat itu juga jenazahnya dilarikan ke Puskesmas Bayan untuk dilakukan visum.

Keterangan yang dihimpun Tim Mimpi menyebutkan, pada pagi itu, Zaitun bersama dua rekannya yaitu Suparman dan Gatot Suryono pergi ke Pelabuhan Carik dengan tujuan melihat pemandangan dan mandi. Namun ketika Zaitun mandi tiba-tiba dia menghilang. Setelah dicari Zaitun ditemukan sudah menjadi mayat.

Zaitun diduga mengalami penyakit efilepsi atau ayan, sehingga bila terkena air, penyakitnya kambuh, dan tenggelam pada kedalaman sekitar 3 meter di pinggir pantai Labuhan Carik.

Sementara Gatot Suryono, salah seorang temannya mengaku tidak ada tanda-tanda kalau Zaitun, akan meninggal, karena pada pagi itu dirinya bersama korban kondisinya biasa-biasa saja. “Dia (korban) sehat-sehat saja berangkat dari rumah, hanya saja dia memang mengalami salah satu penyakit yang sering disebut penyakit ayan”, katanya.


Ayah korban, ketika mengetahui anaknya meninggal, tidak mampu menbendung kesedihan. “Zaitun bekerja sebagai  buruh untuk mencari nafkah buat keluarga”, katanya sedih.

Salah seorang petugas Puskesmas Bayan yang enggan dipublikasikan namanya menjelaskan, dari hasil visum yang dilakukan tidak ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan atau luka lainnya, dan dugaan sementara korban meninggal karena tenggelam.

Kapolres Lombok Barat melalui Kapolsek Bayan, IPDA  Kadek Metria ketika ditemui diruang kerjanya 10/10, membenarkan kejadian tersebut. “Memang benar, korban meninggal karena tenggelam pada kedalaman 3 meter dibawah bangunan Pelabuhan. Dan diduga korban mengalami penyakit efilpsi atau ayan”, katanya.

Ditambahkan, barangkali ketika korban sedang mandi, penyakit ayannya kambuh sehingga langsung tenggelam dan ditemukan sudah menjadi mayat dan mengapung oleh rekannya. “Dan ini murni meninggal karena tenggelam”, jelas Kadek Metria.

Sabtu, 08 Oktober 2011

KECAMATAN BAYAN MASIH RAWAN GIZI BURUK

Lombok_Mimpi; Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara Kasus Gizi buruk bukan sekedar isu karena hasil pemantuan tim kesehatan dari puskesmas dan beradasarkan data tersebut kecamatan bayan masih rawan kasusu gizi buruk dan gizi kurang.

Berdasarkan data diperoleh kasus gizi buruk telah mencapai 189 kasus dari 4.717 jumlah sasaran balita yang ada di kecamatan Bayan.

Menurut Ibu Yuni salah satu petugas kesehatan dari puskesmas Bayan saat di temui pada saat Posyandu di Desa Sukadana, “Bahwa Kecamatan Bayan masih rawan dengan kasus gizi buruk dengan persentase desa yang paling banyak adalah Desa Sukadana yang mencapai 46 kasus anak yang kena kasusu gizi buruk, sedangkan untuk kasus Gizi Kurang paling banyak di Desa Akar-akar yang mencapai 766 kasus, Pungkasnya”

Kemudian untuk mengatasi kasus gizi buruk dan gizi kurang tersebut diperlukan kinerja extra dari tim kesehatan maupun Pemerintah kecamatan, bila perlu diadakan perlombaan balita sehat dan lomba kinerja dari Kader posyandu, supaya bisa meningkatkan pelayanan kesehatan yang nantinya ibu-ibu datang untuk memeriksa balitanya, katanya kembali.

Di Desa Sukadana sendiri untuk mengatasi kasus gizi buruk, Tim Penggerak PKK akan mengadakan pelatihan kader posyandu dan penyuluhan untuk ibu-ibu yang rencananya akan berkerja sama dengan Tim Pengelola Kegiatan PNPM Desa sukadana, karena kerjasama ini sangat di perlukan guna mengatasi kasus gizi buruk di Desa Sukadana Pungkas Ibu Yeni Rahma S. Pd selaku  Bendahara PKK Desa Sukadana.

Raden Dedi

Kamis, 06 Oktober 2011

MUSYAWARAH PRIORITAS GAGASAN PNPM GSC DESA SUKADANA TAHUN ANGGARAN 2011

Lombok Mimpi- Tim Pengelola Kegiatan ( TPK ) Desa Sukadana melakukan musyawarah prioritas gagasan Program PNPM GSC  yang langsung di dipimpin oleh FKG Ibu Nurul Hidayatni Sp dan di hadiri oleh Masing Kepal Dusun Sedesa Sukadan berserta Kader posyandun dan Guru  Tidak Tetap (GTT).
Menurut FKG Kecamatan  Bayan  Di saat Musyawarah  Desa Sukadana Untuk Anggaran 2011 memproleh Dana Sebesar Rp. 229.918.000,-
Dan hasil prioritas gagasan sukadana menyepakati  beberapa kegiatan seperti untuk Pendidikan, Kesehatan, Pungkasnya kembali.
Kemudian dari Hasil prioritas gagasan ini nantinya tidak ada lagi ada masalah-masalah seperti tidak ada lagi anak putus sekolah dan masalah BGM di Desa Sukadana; *ungkasnya sambil tersenyum.
Oleh Raden Dedi

Rabu, 05 Oktober 2011

Penuntasan Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Desa Sukadana


Lombok-mimpi: PKK dan Kader Posyandu Desa sukadana mengadakan pelatihan Kader  guna menanggulangi Kasus gizi kurang dan gizi buruk di Desa Sukadana , karena berdasarkan data dari puskesmas kecamatan bayan data gizi buruk terbesar ada didesa sukadana yang sampai mencapai 153 anak dari jumlah 783 anak sasaran posyandu.
Demikian yang dikatakan Tim Penggerak  PKK Desa Sukadana Ibu Yeni Ramah, S.Pd yang ditemui pada saat sela-sela Pelatiahan Kader   pada  5/9/2011 mengatakan bahwa kasusu gizin buruk paling banyak di Desa Sukadana  jika di bandingkan dengan Desa-Desa lain di deasa Sukadana, karena ini disebabkan para ibu tidak memperhatikan kebersihan anak,
Selain itu pula menurutnya untuk mengatasi kasus gizi buruk ini para ibu-ibu untuk meningkatkan kesehatannya terutama kesehatan anaknya, selain itu pula para petugas piosyandu harus berkerja maksimal dan apabila menemukan tanda-tanda anak menalami guzi buruk segera melaporkan ke petugas kesehatan secepatnya.
Dari petugas Pustu Desa Sukadana ibu Yuni “ untuk meningkatkan kerja-kerja Kader Posyandu Tim Kesehatan Puskesmas maupun PKK akan menadakan Lomba Kesehatan Anak dan lomba Admistrasi Posyandu,
Demikian juga yang di sampaikan oeh Serjana Pendamping Masyarakat Desa (SPMD) Karman, SH “bahwa untuk mengurangi kasus Gizi buruk Maupun gizi kurang ini diperukan sinergitas antara Tim Kesehatan Puskesmas dan tim PKK agar bissa diatasi secepatnya pungkasnya.

Selasa, 04 Oktober 2011

Dua Sekolah Menengah Atas di KLU Terima Bansos

Lombok-Mimpi-  Dirjen Pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional memberikan bantuan kepada Satuan Pendidikan Menengah Atas, yang bersifat swakelola dalam bentuk Bansos (Bantuan Sosial Pembangunan Sekolah). Dua Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Lombok Utara (KLU) itu yang mendapatkan Bansos diantaranya, SMA 1 Kayangan dan SMA 1 Bayan.
Kepala SMAN 1 Bayan, Bambang Siswanto, S.Pd, (3/9/2011) di ruang kerjanya mengatakan, kami mendapatkan tiga paket Bansos dengan anggaran sebesar Rp 150 juta, rencananya akan dimanfaatkan untuk membangun ruang belajar dan laboratorium biologi. “Kami akan mamfaatkan bangunan ini sebagai tempat pelatihan dan praktik biologi bagi siswa,” ungkapnya.

Dijelaskan, untuk SMAN 1 Bayan saat ini masih kekurangan empat ruang belajar yang harus dibangun untuk memenuhi jumlah siswa yag ada sekarang. “Empat ruang kelas yang akan dibangun dari anggaran Bansos yang diterima,” jelasnya.
Raden Dedi

Kawin Lari Masih Lestari

Lombok-Mimpi" Budaya tradisional yang masih lekat di kampung suku Sasak adalah kawin lari. Proses kawin lari itu hingga kini masih terjadi pula untuk masyarakat Lombok yang bermukim di kota.
"Pasangan muda-mudi yang berniat menikah memang selalu mengawali proses pernikahannya dengan kawin lari. Makanya, tempat tidur anak-anak suku Sasak selalu ditempatkan di atas," ujar Agus, warga Sade.
Agus yang tiga tahun silam menjalani kawin lari sebelum menikahi gadis idamannya, mengakui proses kawin lari ibarat melakukan tindak pidana penculikan. Namun, karena peristiwa itu harus dijalaninya, dia terpaksa menyusun strategi ‘penculikan’ pada malam hari.
Saat itu dia mengaku berdebar-debar sebelum membawa lari pacarnya pada tengah malam setelah ngapel pacar. "Dia saya suruh ke kamar mandi di belakang rumah. Ketika berjalan ke kamar mandi itulah, langsung saya ajak naik sepeda motor, lari!," kata pria lulusan sekolah pariwisata di Bali ini.
Meski proses adat kawin lari telah dijalaninya, namun pasangan muda-mudi itu harus tetap menjalani proses pernikahan secara agama di Kantor Urusan Agama (KUA). Setelah perkawinan resmi di KUA, baru Agus dan pacarnya menghadap ke orang tua mereka bahwa mereka telah resmi menikah di KUA.
Menilik sejarahnya, budaya kawin lari oleh suku Sasak, ditengarai karena motif ekonomi. Kondisi keuangan yang sulit dari zaman dahulu, telah mengajarkan secara turun temurun ke pemuda Sasak untuk memilih lebih baik menculik seorang gadis ketimbang secara resmi datang ke keluarga si gadis.
Sebab, apabila dilakukan dengan ‘baik-baik’ akan dikenai ‘hukum adat’ yang mahal. Bahkan, dalam kampung sasak mereka mengawinkan sesama sepupu agar tidak dikenai uang mahar atas perkawinan yang mahal kalau dilakukan dengan orang ‘luar’.
Selain itu, salah satu kekhasan suku Sasak adalah soal agama yang dianut. Kini, mayoritas orang Sasak penganut agama Islam yang ortodoks dan mereka dikenali sebagai penganut Wektu Lima. Wektu Lima atau Waktu Lima merujuk kepada amalan orang Islam yang bersembahyang lima kali sehari.
Istilah Wektu Lima ini digunakan untuk membedakan mereka dari orang Sasak yang mengamalkan agama Islam tempatan yang dikenali sebagai Wetu Telu, yang hanya bersembahyang tiga kali sehari.
Tapi, selain penganut Wektu Lima dan Wektu Telu, suku Sasak juga masih menganut upacara-upacara yang bersifat tradisional, seperti shalat tradisional mereka yang menghadap ke arah Gunung Rinjani, bukan menghadap kiblat. Lafal dalam sholat tradisional itu menggunakan bahasa Jawa Kawi yang didahului dengan menyalakan lampu pijar tradisional (Raden Dedi )

Perencanaan PNPM GSC Lebih Pariatif dan Inopatif

Bayan, Mimpi - Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM-GSC) pada tahun anggaran 2011 di Kecamatan Bayan  Kabupaten Lombok Utara lebih pariatif dan inopatif, karena sudah mulai mengarah kepada keberlanjutan kegiatan.

Demikian dikatakan Fasilitator PNPM GSC Kecamatan Bayan, Nurul Hidayati, Sp, 4/10 ketika ditemui di ruang kerjanya. Menurutnya, untuk perencaan pendanaan tahun 2011 masyarakat sudah berfikir kea rah yang lebih maju demi keberlanjutan program yang dilaksanakan.

“Misalnya di Desa Anyar, untuk menangani masalah putus sekolah dan biaya sekolah bagi anak yang kurang mampu dan yatim-piatu, setiap dusun akan memprogramkan pemeliharaan ternak kambing. Dan kemungkitan di sembilan dusun yang ada di Desa Anyar akan memprogramkan seperti itu”, jelasnya.

Dikatakan, masing-masing dusun akan memelihara 10 ekor kambing, yang pengelolaan dan sistimnya diserahkan kepada masyarakat yang ada di dusun tersebut. “Rencananya, apabila ada anak yang kurang mampu melanjutkan pendidikannya karena terbentur biaya, maka akan dibiayai dari hasil pengembangan ternak itu”, imbuhnya.

Sementara untuk Desa Sambik Elen, lanjut Nurul, pendanaannya akan mengarah untuk menangani balita yang gizi buruk dan kurang gizi, dengan gagasan desa akan diprioritaskan untuk pemeliharaan ternak ayam petelur dengan perkiraan alokasi dana sekitar Rp. 36 juta.

“Kedepan, hasil telurnya akan didistribusikan  ke setiap dusun sehingga kebutuhan gizi anak balita dan asupan gizi di desa tersebut bisa dibantu secara berkelanjutan tanpa mengurangi modal awal dari PNPM GSC itu sendiri. Dan hasil prioritas usulan ini akan digodok dan diputuskan ditingkat desa dalam musyawarah kegiatan”, pungkasnya.(Dedi/Ari)

Sukadana Alamai Krisis Air Bersih

Lombok utara, Mimpi - Krisis air yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin meluas sehingga menimbulkan bencana kekeringan diberbagai daerah. Setidaknya dalam 25 tahun terakhir ini terjadi pengurangan sumber mata air hingga 75 persen. Dan diperkirakan khusus di Pulau Lombok setiap tahun mengalami defisit air 1,2  miliar kubik.

Bahkan Desa sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, yang pada tahun sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan, namun sekarang ini sudah mulai merasakan dampak dari kemarau panjang.

Beberapa dusun di Desa Sukadana, seperti Sembagek, Segenter, dan Dusun Tapen, sejak seminggu lalu, warganya mulai kesulitan mencari air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti yang diungkapkan salah seorang stap kantor Desa sukadana, Mawa Mubiris yang ditemui 4/10 di ruang kerjanya.

Menurutnya, persoalan air di tiga dusun tersebut sebenarnya tidak kekurangan, namun karena belum adanya pengaturan yang tepat dan bak penampungan serta digunakannya untuk mengairi lahan pertanian di Desa Senaru, akhirnya masyarakatlah yang merasakan dampaknya.

Terkait persoalan tersebut Kepala desa sukadana, Sojati mengaku, sudah menyampaikan semua kekurangan itu kepada Dinas PU KLU, bahkan sudah sisurvey oleh dinas terkait, namun hingga saat ini belum ada kejelasan.

“Kami pernah mengusulkan perpipaan dan pembuatan bak penampungan dari sumber mata air Sempakok Desa Sukadana. Dan beberapa waktu lalu pernah dilakukan survey dan diukur, tapi sampai sekarang ini belum teralisasi bangunannya, sehingga warga di tiga dusun tersebut mengalami krisis air bersih”, jelasnya. (Raden Dedi)

Senin, 03 Oktober 2011

TRADISI NYONGKOLAN BUDAYA SASAK


Tradisi pernikahan masyarakat Desa Bentek terbilang unik dibanding kebiasaan perkawinan masyarakat di tempat lain di Kecamatan Gangga. Pasalnya, setelah beberapa proses dilalui, maka prosesi pernikahan digelar.
Keunikan terlihat saat peroses pernikahan yaitu, prosesi pernikahan dilakukan di atas berugak dan di kelilingi oleh kerumunan warga. Saat proses ijab kabul berlangsung, ketika pengantin laki membuat kesalahan, maka seketika itu warga akan ramai dengan teriakan soraknya, “tidak sah,” sorak para warga.
Tak heran jika prosesi ijab kabul ini sering diulang sampai tiga kali bahkan lebih. terkadang walaupun dalam pengucapan ijab kabul tidak terdapat satupun kesalahan, warga yang menonton pun masih tetap bersorak. Sehingga pernikahan yang sebenarnya sudah sah harus diulang kembali sampai semua warga berteriak mengucapkan kata “sah”. Inilah salah satu keunikan prosesi pernikahan suku Sasak, khususnya di Kecamatan Gangga.
Setelah prosesi ijab kabul dilaksanakan, selang beberapa hari proses Nyongkolang digelar. Dalam perayaan ini pengantin wanita akan dibawa pulang ke rumah orang tuanya untuk pertama kali sejak prosesi penculikan dari rumahnya. Sebelumnya, dengan berpasangan dan diiringi oleh pengiring dan musik tardisional, pengantin pria dan wanita diarak dengan cara berjalan kaki menuju rumah pengantin wanita.
Prosesi Nyongkolan ini, untuk memberitakan kepada masyarakat bahwa pasangan pengantin telah melakukan sebuah prosesi pernikahan yang sah secara hukum agama ataupun hukum adat yang ada di masyarakat suku Sasak.
Begitu pula budaya yang dilakoni masyarakat San Baro Bentek. Misalnya, pada pernikahan Mustakim (San Baro) dan Nurul Hidayah (Bayan), pada Selasa (20/9/2011). Dalam proses Nyongkolan mereka, kedua mempelai diiringi oleh musik tradisional asli setempat yaitu Gendang Beleq dan Kecimol. Pada saat musik ditabuh (dimainkan) langkah demi langkah dijalankan menuju rumah pengantin perempuan dengan ayunan barisan yang rapi biasanya tiga berbanjar.
Tidak jarang pada saat musik ditabuh sebagian pengiring berjoged ria dengan rasa kegembiraan yang tinggi disela-sela perjalanan. Setelah sampai tujuan rombongan pengiring disambut dengan beragam macam jamuan tradisional oleh masyarakat Bayan.
Sesampai di rumah pengantin wanita, ia pun menangis histeris di kaki orang tuanya. Tangisan pengantin wanita ini disebabkan karena akan berpisah meninggalkan rumah orang tuanya. Setelah beberapa saat iringan pengantin pun kembali meninggalkan rumah pengantin wanita.

ADAT WET TU TELU MASYARAKAT BAYAN

Adat dan Hukum Adat bagi masyarakat Bayan merupakan suatu hal yang Sakral dan Maghis tentunya mempunyai kekuatan yang sangat mengikat untuk mengatur tatanan kehidupan di Dunia maupun kehidupan akhirat, ini dijelaskan sebagian besar oleh Kiayi-kiayi adat bahwa sebelum beragama kita harus beradat karena menurut mereka beradat merupakan kata dari beradab. Selain itu juga beradat merupakan sebuah citra diri manusia baik tingkah laku maupun mencerminkan harga diri dan kehormatan dalam berinteraksi sebab ketika seseorang dibilang tidak beradat maka orang tersebut bukanlah manusia tapi hewan karena hewanlah yang tidak beradat.
Di Masyarakat Adat Bayan terdapat Lembaga-Lembaga Adat yang dimana lembaga adat ini secara turun temurun diakui dan dijalankan oleh masyarakat adat sebagai lembaga yang menjalankan sistem hukum yang tentunya berbeda dengan hukum negara. Kelembagaan masyarakat adat ini dikenal dengan istilah Lembaga adat Wet Tu Tlu. Dimana secara struktural sudah sejak lama berkembang di Masyarakat Bayan yang menjalankan pola kehidupan masyarakat yang kolektif.
Istilah wet tu tlu sendiri sudah mendapat banyak penafsiran karena Wet tu telu diidentikan sebagai Waktu telu (Tiga Waktu), sehingga dimana wet tu tlu ditafsirkan sebagai ajaran Islam yang hanya mengerjakan shalat tiga kali dalam sehari, sehingga orang menilai Agama Islam yang ada di Masyarakat Bayan harus diperbaiki sesuai dengan hukum Syareat Islam yang seharusnya.
Sebagai akibat timbulnya berbagai pemahaman tentang kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat adat ini. Dimana Persepsi orang selama ini tentang masyarakat adat wet tu tlu adalah masyarakat penganut agama Islam yang pengajarannya belum sempurna yang dilakukan oleh penyebar agama Islam pada waktu itu, kebiasaan yang dilakukan masih dekat dengan kepercayaan roh nenek moyang, Istilah wet tu tlu sebenarnya terdiri dari tiga kata yang masing-masing punya arti tersendiri yaitu Wet artinya wilayah, Tu atau tau artinya orang, dan Tlu artinya tiga. Jadi wet tu tlu bisa diartikan bahwa dalam wilayah masyarakat adat terdapat tiga orang yang sangat berpengaruh yaitu Pembekel, Amaq Lokaq Mangku/ Raden Mangku dan Kyai ( Mudim/Penghulu Adat ). Wet tu tlu pada intinya merupakan tiga hal pembagian wilayah kekuasaan atau wewenang yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Tiga hal itu harus mesti ada di tata pergaulan hidup manusia ini, yaitu adanya pemerintahan ( pembekel ), Agama ( Kyai ) dan adat ( Amaq Lokaq Mangku )
Menurut Amaq Jamali Kyai Adat Sukadana “bahwa pada dasarnya kita semua adalah Renten ( Saudara ) asal kita sama yakni Tuhan dan junjungan kita Sopo’ ( satu ). Hal inilah dijadikan dasar oleh masyarakat adat untuk mempertahankan rasa kekeluargaan dan persaudaraan dalam menjalani proses kehidupan di dunia. Dimana wet tu tlu juga memiliki makna, bahwa proses kehidupan di dunia ini ada tiga yakni: Tioq ( Tumbuh ), Menteloq ( Bertelur ) dan Menganak ( Melahirkan). Secara hakekat wet tu tlu juga memiliki makna Adanya Allah, Adam, dan Muhammad”
Kemudian Menurut Mak Lokak Tuak Turun Wet Adat Semokan “Bahwa istilah wet tu tlu merupakan bukan istilah yang tepat namun istilah yang tepat adalah wat tu tlu yang artinya adalah tiga prosesi/ kegiatan masyarakat adat dalam pola penggunaan lahan untuk bertani, yang diantarnya:
1. Membangar ( membuka ) yakni proses membuka segala kegiatan masyarakat dalam mengolah lahan pertanian. Secara umum kegiatan pertanian di Kecamatan Bayan mengandalkan musim penghujan atau tadah hujan. Membangar dimaksudkan agar jelas batas antara musim Ton ( penghujan ) dan Balit ( kemarau ) sehingga masyarakat tidak sembarangan dalam mengolah lahan pertanian, hal ini juga bertujuan untuk nawa’in montong/gumi artinya untuk memelihara gumi atau bumi.
2. Plemerin/ bukain montong ( mengolah ) artinya melakukan segala kegiatan pertanian, jika sudah dilakukan prosesi membangar maka masyarakat adat dapat membuka lahan ( montong ) atau melakukan kegiatan pertanian di lahan pertaniannya.
3. Setelah melakukan segala kegiatan pertanian maka masyarakat adat juga kembali melakukan membangar, namun membangar yang dilakukan adalah membangar pulek balit, ( mengembalikan musim kemarau ) ini artinya segala kegiatan pertanian masyarakat adat harus ditutup. Kegiatan yang demikian juga dilakukan berdasarkan ider adat.
Merujuk dari beberapa penafsiran tentang istilah wet tu tlu, baik itu dilihat dari sudut pandang Ketuhanan, sudut pandang lingkungan/alam, maupun dari sudut pandang pemerintahan yang terkait dengan konsep demokrasi yang dijalankan oleh masyarakat adat wet tu tlu. Kita dapat mengambil gambaran tentang konsep tersebut, dimana pada dasarnya masyarakat penganut wet tu tlu mengenal tiga norma dasar yakni norma agama, norma adat, dan norma hukum. Sedangkan norma kesopanan/kesusilaan merupakan hasil dari berjalannya dengan baik tiga norma dasar itu. Hal inilah yang menjadi dasar terbangunnya suatu penafsiran wet tu tlu diartikan sebagai pembagian kekuasaan kepada tiga orang yang berpengaruh dalam wilayah masyarakat adat. Dimana tiga orang yang berpengaruh ini memegang tiga norma dasar tersebut sebagai pegangan yakni Kyai memegang norma agama, Amak Lokak Mangku/ Raden Mangku memegang norma adat dan Pemebekel memegang norma hukum.
Jadi sudah jelas bahwa arti wet tu telu bukanlah Ajaran Islam yang hanya menjalankan Shalat tiga Waktu yang kemudian Hanya para Kiayilah yang melakukan Shalat dan Puasa sehingga Masyarakat Bayan terkenal sebagai Masyarakat yang Satu Agama tetapi Banyak Tuhan. Pernyataan-Pernyataan inilah yang sangat meresahkan masyarakat Bayan apalagi Munculnya sebuah buku yang berjudul Satu Agama Banyak Tuhan, Karena pada Hakekatnya masyarakat Bayan juga menjalankan Agama Islam sebagaimana yang diajarkan didalam AL’Qur’an .

Raden DEdi

Kondisi SDN 3 Senaru Sangat Meprihatinkan


Kondisi memprihatinkan inilah yang menjadi pemandangan, ketika pewarta suarakomunitas berkunjung ke SDN yang terletak di pintu masuk Desa Senaru. Ditengah-tengan banyaknya lembaga pendidikan yang membutuhkan bantuan, malah pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara mengusulkan pembelian mobil dinas dan laptop yang nilainya miliaran rupiah. Sementara sekolah yang membutuhkan perbaikan dan perlengkapan pendidikan diabaikan.

“Kami sudah dua kali mengusulkan melalui proposal, agar sekolah ini mendapat perhatian dari pemerintah, namun hingga saat ini belum ada respon dari instansi terkait, sehingga terpaksa anak-anak kami, belajar diruangan sempit tanpa ada meja bangku”, ungkap Kepala SDN 3 Senaru,  Rusnan, S.Pd. ketika ditemui di ruang kerjanya 3/10.

Dikatakan, SDN 3 Senaru yang dibangun pada tahun 1985 lalu, hanya baru satu kali mendapat bantuan rehab dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu pada tahun 2005.  Setelah itu tidak ada lagi bantuan yang masuk kecuali dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS).

“Disatu sisi kami sangat prihatin kepada masyarakat  yang menyekolahkan anaknya yang harus duduk dilantai pada ruangan yang sempit. Dan disisi lain kami lebih prihatin lagi melihat minimnya perhatian pemerintah terhadap kondisi sekolah tempat kami mengajar, padahal SDN ini sering mendapat kunjungan dari Dinas Pendididikan dan Kebudayaan KLU”, kata Rusnan.

Ditanya kekurangan ruang belajar, Rusnan mengaskan, dari 178 siswa dengan enam kelompok belajar yang ada di SDN 3, hanya memiliki 4 ruang kelas ditambah dengan satu ruangan kantor guru dan kepala sekolah. “Karena ruang belajar kurang sehingga kami menggunakan kamar perpustakaan yang berukuran 3X5 meter untuk ditempati oleh siswa kelas III tanpa meja dan bangku. Sementara khusus untuk kelas I dan II kami gabung menjadi satu dengan sistim bergantian”, jelasnya.

Nasoan, S.Pd salah seorang guru setempat mengaku heran kepada pemerintah yang lebih banyak mengarahkan bantuannya kepada sekolah yang memiliki bangunan yang sudah bagus. “Kok bangunan SD yang sudah bagus yang banyak dibantu pemerintah, sementara skolah yang kondisinya memprihatinkan jarang dilirik”, kata Nasoan heran.

Selain kekurangan ruangan, juga disebelah utara terdapat perumahan guru yang tinggal temboknya saja. Sementara kayu dan atap bangunannya sudah hancur dimakan usia. Akankan program kembali ke khittah pendidikan di KLU akan dapat berjalan baik, sementara tempat siswa belajar tidak diperhatikan?

“Program kembali ke khittah pendidikan sangat kami dukung, namun yang lebih utama diperbaiki pemerintah supaya program itu bisa tercapai adalah pembangunan sarana dan prasarana”, tambah Rusnan.

Sementara Kepala UPTD Dikbudpora KLU, Drs Sahibudin, ketika dikonfirmasi via ponselnya meminta kepada semua sekolah yang ada di Kecamatan Bayan untuk sesegera mungkin membuat proposal untuk dikirim ke Dikbudpora provinsi NTB.

“Memang SDN 3 pernah membuat proposal yang dikirim ke kabupaten, namun waktu itu belum ada mutasi pegawai. Dan setelah diganti pegawainya dengan yang baru, mereka tidak tahu kalau ada proposal yang masuk. Jadi sekarang sudah ada lampu hijau untuk mendapat pendanaan, sehingga saya berharap para kepala sekolah membuat proposal kembali, karena kami sendiri belum memiliki data yang valid”, pungkasnya.(raden)

Judul Berita

Mari meraih mimpi untuk menuju kesuksesan